Mengenai Saya

Foto saya
Sebelum lulus kuliah sudah menulis, dan menjadi kuli tinta.

Senin, 04 Januari 2010

Miniatur Berbahan Clay, Harganya Aduhai

Oleh : Syukron

Nilai produk seni seringkali tidak dihitung dari besar angka rupiah bahan material saat pembuatannya, namun lebih banyak ditentukan oleh kaca mata estetika yang sulit terukur secara nominal. Sebuah lukisan bikinan mahasiswa seni lukis yang masih taraf belajar boleh jadi tidak akan laku sampai ratusan ribu, sebaliknya karya seniman yang sudah profesional akan ditawar hingga ratusan juta rupiah.
Ilustrasi di atas sejatinya bukan untuk menonjolkan karya seni yang memiliki nilai jual 'irasional' yang biasanya hanya dimiliki pada karya seni murni. Sebab diakui, agak berlebihan apabila karya seni di atas disejajarkan dengan produk kerajinan yang ketika proses pembuatannya masih memperhitungkan prinsip-prinsip ekonomi. Akan tetapi tetap terasa wajar memasukkan nilai estetik sebagai salah satu faktor harga dalam produk seni kerajinan tangan yang jelas-jelas membutuhkan keahlian, ketrampilan, ketelitian, dan rasa estetis pada saat pengerjaannya. Sama halnya dengan produk miniatur berbahan clay (sejenis tanah liat, lempung). Sebagai produk handmade, di pasaran kerajinan ini memiliki kisaran harga mulai dari tiga ribu hingga mencapai puluhan ribu rupiah.
"Harga jual juga ditentukan oleh besaran, detil, dan tingkat kerumitan, kalau produk impor, harganya mencapai jutaan," ungkap Esti Kristina Astuti, 23, pengrajin souvenir Clay asal Ungaran ini.
Esti mengenal kerajinan berbahan sejenis tanah liat ini sejak lulus kuliah Jurusan Akuntansi UNIKA Sugiyopranoto akhir 2008 dari televisi yang ia tonton dan dari seorang teman kuliahnya, kemudian karena ingin tahu, iapun mencari buku tentang tata cara membuat kerajinan ''mungil nan unik'' ini. Di Indonesia sendiri, kerajinan Clay, sepengetahuannya baru ada satu pengrajin dari Tangerang, Banten, itupun bahan bakunya harus impor. Namun, dari buku yang ia beli, bahan baku membuat kerajinan ini cukuplah murah, yakni tepung.
Dari semula sebatas iseng, ternyata banyak saudara dan teman-temannya tertarik melihat hasilnya. Iapun mencoba menjual produknya pada Januari 2009 di halaman TK Istiqomah, Ungaran, sambil mengantarkan adiknya yang sekolah disana.
''Saya sempat diejek, badannya besar tapi membuat yang kecil-kecil,'' guraunya.
Kemudian berawal dari melayani pesanan kerabat dekat, mengikuti pameran, kemudian ia mencoba merintis bisnis pembuatan barang miniatur khusus dengan bahan clay secara lebih serius dibantu satu ''karyawannya'' yakni ibu kandungnya sendiri, Hendarti Yudianingsih, 46, dirumahnya Jl. Tawes II No. 2 Perumahan Sebantengan Baru, Ungaran, Kabupaten Semarang.
"Masih jarang tempat yang menjual hasil kerajinan, dan terutama yang memberikan kursus cara pembuatan dan kreasi menggunakan clay ini, saya pun belajar otodidak dari buku saja," tuturnya.
Dengan bahan baku dari tepung terigu, tepung beras, tepung kanji, lem kayu, kain flanel dan untuk pewarna, perempuan bertubuh besar yang masih berusia 23 tahun tersebut, dalam membuat jenis souvenir ini masih sedikit jenisnya, yakni gantungan HP, gantungan kunci, bando, patung, hiasan pensil, pin, boneka pengantin Cina, pengantin Jawa, pengantin Bali, hiasan mobil, kalung dan magnet kulkas.
''Untuk harga, tergantung besar kecilnya, untuk patung, harganya mulai 7500 sampai 35 ribu, kalau gantungan HP dan kunci, harganya 3 ribu sampai 5 ribu,'' terangnya.
Sedangkan nama souvenir itu sendiri, ia beri nama CLAY-MOO, yang artinya tanah liat sapi.
''Artinya mungkin nggak nyambung, ya asal saja, kalau sapi, itu binatang kesukaan saya sejak kecil, jadi bacanya kleymu, didenger kan enak,'' ujar gadis yang juga memiliki puluhan koleksi boneka sapi ini.
Sampai saat ini produksi anak pertama dari empat bersaudara ini secara kontinyu, terutama dilakukan dengan mencoba menghasilkan kreasi-kreasi baru. Ia juga menerima pesanan khusus dari pelanggan. Misalnya mengerjakan souvenir ini, hanya dibutuhkan waktu 15 menit untuk satu buah clay.
''Yang agak lama, saat bikin adonan ukurannya harus pas, selain itu, jika kadar air tepung cukup tinggi, hasil produk clay ini bisa retak-retak, maupun mengkerut,'' jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan, sampai saat ini usaha bermodal awal sekitar Rp 50 ribu itu perkembangannya cukup menjanjikan. Tiap bulan, omzetnya mencapai Rp. 1 juta lebih per bulannya. Meskipun diakui, masih terdapat tantangan yang dihadapi, seperti misalnya bahan clay, yang menggunakan tepung, karena harganya naik turun di pasaran.
''Asalkan souvenir ini tidak kena air, bisa tahan 2 sampai 3 tahunan,'' tandasnya.
Saat ini, dikatakan, pembelinya sudah mengakui kualitas produknya, terbukti, usaha kecil yang baru berumur jagung ini, sudah menembus pasar Jakarta dan Bali.
"Kapasitas produksi tidak tetap. Namun rata-rata mencapai ratusan buah tergantung ukuran dan tingkat kesulitan dari pembuatannya, dan sejak produksi pertama sampai sekarang, saya sudah membuat 3 ribuan buah, namun yang paling laris, hiasan pensil, gantungan HP, dan gantungan kunci," ucap gadis yang sedang mempersiapkan produknya mengikuti pameran di PRPP Semarang ini.
Sistem pemasaran yang ditempuh bisnis gadis yang memiliki ayah bernama Chandi Hartono, 56, pensiunan karyawan Kubota ini menggunakan dua sistem, yakni sistem penjualan langsung dan sistem pesanan. Sistem yang pertama biasanya dipasarkan lewat pameran maupun mulut-ke mulut dari para langganan dan untuk pemesanan bisa dilakukan melalui Facebook, pesan pendek (SMS) atau pun telpon.
''Kalau lagi ada pesenan atau ada pameran besar, kita tidak mampu membuatnya sendiri, jadi kita merekrut beberapa orang, tentunya yang sudah terlatih,'' katanya.
Esti yang kini tengah mempersiapkan rencana pengembangan usaha, salah satunya dengan melakukan kerjasama dengan berbagai pihak ini, juga berencana memiliki sebuah toko acsessoris atau souvenir Clay satu-satunya di Kabupaten Semarang.
''Meski selama ini, saya memulai dengan menggelar produk saya di Alun-alun mini tiap hari Minggu, ditemani Ibu saya, saya berharap, Pemerintah Kabupaten Semarang mau memberikan bantuan permodalan dan tentunya support, serta di setiap pameran, atau gelar produk apapun, saya bisa dilibatkan,'' pungkas Gendut, panggilan keluarganya kepada Esti. (EMS)

1 komentar:

  1. Bagaimana caranya saya mau berkomunikasi bwrtanya soal clay yg mau saya buat? Selvya-jakarta

    BalasHapus